Selasa, 13 April 2010

bakteri Dalam Air Susu

BAKTERI DALAM AIR SUSU
Mikroba Air Susu





Salah satu bakteri berbentuk batang
Adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba yang terdapat dalam air susu. Bahan2 yg terkandung dalam air susu adalah: 87,25% air, 4,8% laktosa, 3,8% lemak, 2,8% kasein, 0,7% albumin, dan 0,65% mineral.
Air susu merupakan minuman yg baik bagi manusia akan tetapi juga baik baik bagi mikroba. Protein, lemak, dan gula yg terdapat dalam air susu merupakan substrat yg baik pula bagi bakteri patogen maupun bakteri saprofit. Air susu yg masih didalam kelenjar susu dapat dikatakan steril tetapi setelah keluar dari kelenjar susu dapat terjadi kontaminasi, kontaminasi dpt terjadi dimana-mana misalnya dari payudara lembu, dari tubuh lembu, dari udara, dari alat yang dipakai untuk menyimpan air susu, dari orang yg melakukan pemerahan.
Macam-Macam Bakteri Yang Terdapat Dalam Air Susu
1. Bakteri Saprofit
 S. Lactis, spesies ini banyak kedapatan dalam jumlah besar dalam air susu karena dpt berkembang biak sangat cepat dan mampu menguraikan laktosa sehingga menghasilkan asam susu.
 L. Lactis, Spesies ini dapat menyebabkan air susu terkoagulasi.
 E. Coli dan Aerobacter aerogenes, kedua spesies ini dapat melakukan fermentasi terhadap laktosa sehingga menghasilkan asam2 organik, CO2 & H, hal ini dapat menurunkan kualitas air susu.
 Dari genus Proteus, Bacillus, Clostridium, dan Sarcina, keempat bakteri ini memegang peranan penting dalam pembusukan air susu karena mampu menguraikan protein.
 Alkaligenes viscolactis, Spesies ini menyebabkan air susu berlendir.
 Pseudomonas syncyanea, spesies ini menyebabkan air susu berwarna biru.
 Serratia marcescens, spesies ini menyebabkan air susu berwarna merah.

2. Bakteri patogen
 Streptococcus pyogenes dan S. agalactiae, kedua spesies ini dapat menyebabkan sakit tenggorokan pada manusia.
 Mycobacterium tubercolosis, spesies ini menyebabkan penyakit TBC
 S. thyphosa, menyebabkan penyakit tifus
 S. aureus, menyebabkan keracunan pada susu.
Bakteri tersebut dapat dicegah pertumbuhannya dengan cara pasteurisasi yang cermat terhadap air susu.
Penyelidikan Kualitas Air Susu Secara Bakteriologi
Bakteri colon yang terdapat dalam air susu adalah Aerobacter aerogenes dan E. coli. Jika bakteri ini terdapat dalam air susu yang belum dipasteurisasi maka hal ini menandakan adanya kontaminasi dengan feces baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya bakteri ini langsung mati pada saat dipasteurisasi, ini menunjukkan adanya kontaminasi dari insekta.
Cara Pengujian
 Siapkan tabung fermentasi yang sudah diisi dengan medium cair berupa empedu laktosa.
 Campurkan hijau berlian diteteskan 1 ml dengan 10 ml air susu yang akan diuji
 Inkubasi selama 48 jam dengan suhu 37'C.
 Jika terdapat gelmebung gas maka terdapat bakteri colon.
Menghitung Jumlah Bakteri Dalam Air Susu
 Ambil 1 ml air susu menggunakan pipet untuk diencerkan dengan 9 ml aquades steril dalam tabung reaksi.
 Kocok tabung, ambil 1 ml untuk diinokulasi dalam cawan petri yang berisi agar.
 Ambil 1 ml lagi untuk diencerkan dengan 9 ml aquades steril.
 Kocok tabung reaksi, lalu ambil 1 ml, inokulasi ke cawan petri isi agar.
 Ambil 1 ml lagi untuk diencerkan dengan 9 ml aquades steril, lalu kocok, ambil 1 ml untuk inokulasi ke cawan petri isi agar
 Maka diperoleh 3 tabung dan 3 cawan berturut2 berisi pengenceran 1:10, 1:100, 1:1000.
 Cawan2 tersebut diinkubasi 37'C selama 48 jam.
 Setelah diinkubasi maka tampak koloni2 bakteri yang jumlahnya dapat dihitung dengan alat penghitung koloni.
 Jika cawan ke-3 berisi pengenceran 1:1000 terdapat koloni 30, maka cawan ke-2 300, dan cawan ke-1 3000. Sedangkan dalam 1 ml air susu yang belum diencerkan didapat 30000 buah.
 Jika air susu yang belum dipasteurisasi mengandung 30000 buah/ml air susu, keadaan ini dinamakan kualitas air susu buruk.
Pengujian Dengan Indikator
Cara ini dapat digunakan untuk menguji air susu yang belum dipasteurisasi:
 Ambil tabung reaksi, isi dengan isosianat metilen blue konsentrasi 1:25000.
 Masukkan 10 ml air susu kedala tabung.
 Tabung dikocok agar air susu dan zat warna homogeny.
 Tabung tersebut direndam dalam air suhu 35,5-37,5'C hingga warna birunya hilang, sedangkan warna biru dibagian atas tetap bertahan.
 Jika banyak bakteri yang terdapat dalam air susu warna birunya cepat hilang.
Cara Mensterilkan Air Susu
Untuk mencegah adanya mikroorganisme yang terdapat dalam air susu, kita akan mensterilkan air susu tersebut dengan pasteurisasi. Pasteurisasi dilakukan dengan dua cara:
1. Suhu tinggi waktu pendek, 71'C, 15-30 dtk.
2. Suhu rendah waktu panjang, 61,5'C, 30 menit.
Cara mengatur pemanasan air susu memerlukan teknik khusus, yaitu: dalam tangki berisi air susu ada papan logam yang dilalui arus listrik dengan demikian pemanasan dapat merata dalam waktu singkat. Dapat juga dalam tangki tersebut terdapat pipa yang berliku-liku dan dalam pipa tersebut dialirkan air panas/uap panas lalu air susu dalam tangki terus diaduk supaya panas merata. Setelah itu dimasukkan kedalam kotak2, botol2/ kaleng2 steril.
Uji Posfatase
Untuk mengetahui apakah air susu tersebut sudah dipasteurisasi dengan baik. Uji ini didasarkan atas reaksi antara enzim dan indikator disodium fenol posfat serta zat folin. Jika pasteurisasi tidak dilakukan dengan baik, maka masih terdapat enzim fosfatase dalam air susu. Adanya enzim ini dapat diuji dengan mencampurkan disodium fenol fosfat dan zat folin dalam air susu didalam tabung reaksi, inkubasi suhu 37'C selama 18-24 jam. Jika terdapat warna biru menunukkan adanya fosfatase. Bila ada fosfatase berarti masih ada mikroba.
Pertumbuhan Mikroba Dalam Air Susu
Pengujian:
 Ambil 1/4 liter atau 1/2 liter susu segar, tempatkan dalam botol bersih dalam keadaan terbuka
 3-5 jam sekali diamati dan ukur nilai pH yang terjadi menggunakan kertas lakmus. Sejalan dengan perubahan nilai pH dalam air susu akan terjadi pula perubahan populasi mikroba yang berbeda, yaitu:
 PH 6,5-7 ada S. lactis banyak. Tapi akibat pertumbuhannya maka nilai pH turun dibawah 5. Terjadilah pertumbuhan bakteri lain yaitu Lactobacillus sp. (bakteri laktat). Adanya bakteri ini pH menjadi 3.
 Untuk perkembangan selanjutnya, nilai pH akan naik lagi menjadi 5 dan kedalam susu akan nampak pertumbuhan ragi dan jamur yang asidofilik.
 Nilai PH terus naik hingga 7 dan dalam air susu mulai ditemukan bakteri Pseudomonas yang menghasilkan toksin dan kelompok bakteri pembusuk.

Mikroba Penyebab Pembusukan Air Susu:
Genus proteus, Clostridium, Bacillus, Sarcina.
Pedoman Untuk Menentukan Kualitas Air Susu
1. Air susu yang belum dipasteurisasi dinyatakan baik sekali jika terdapat <200.000 mikroorganisme per ml.
2. Air susu yang sudah dipasteurisasi jika terdapat >30.000 mikroorganisme per ml maka air susu tersebut kurang baik/ juga jika terdapat >10 bakteri koloni per ml.

Panduan Untuk Menyiapkan Dan Menyajikan Susu
Cara Membersihkan dan Sterilisasi Peralatan
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum membersihkan dan mensterilkan peralatan minum bayi.
2. Cuci semua peralatan (botol, dot, sikat botol dan sikat dot) dengan air bersih yang mengalir.
3. Gunakan sikat botol dan sikat dot untuk membersihkan bagian dalam botol dan dot agar sisa susu yang melekat bisa dibersihkan.
4. Bilas botol dan dot dengan air bersih yang mengalir.
5. Bila menggunakan alat sterilisator buatan pabrik, ikuti petunjuk yang tercantum dalam kemasan.
6. Bila sterilisasi dengan cara direbus :
 Botol harus terendam seluruhnya sehngga tidak ada udara di dalam botol;
 Panci ditutup dan dibiarkan sampai mendidih selama 5 – 10 menit;
 Panci biarkan tertutup, biarkan botol dan dot di dalamnya sampai segera akan digunakan
7. Cuci tangan dengan sabun sebelum mengambil botol dan dot.

8. Bila botol tidak langsung digunakan setelah direbus:
 Botol harus disimpan di tempat yang bersih dan tertutup;
 Dot dan penutupnya terpasang dengan baik.
Cara Menyiapkan dan Menyajikan Air Susu
1. Bersihkan permukaan meja yang akan digunakan untuk menyiapkan susu formula.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
3. Rebus air minum sampai mendidih selama 10 menit dalam ketel atau panci tertutup.
4. Setelah mendidih, biarkan air tersebut di dalam panci/ketel tertutup selama 10 – 15 menit agar suhunya turun menjadi di atas 70oC.
5. Tuangkan air tersebut (suhunya di atas 70oC) sebanyak yang dapat dihabiskan oleh bayi (jangan berlebihan) ke dalam botol susu yang telah disterilkan.
6. Tambahkan bubuk susu sesuai takaran yang dianjurkan pada label dan sesuai kebutuhan bayi.
7. Tutup kembali botol susu dan kocok sampai susu larut dengan baik.
8. Dinginkan segera dengan merendam bagian bawah botol susu di dalam air bersih dingin, sampai suhunya sesuai untuk diminum (dicoba dengan meneteskan susu pada pergelangan tangan, akan terasa agak hangat, tidak panas).
9. Sisa susu yang telah dilarutkan dibuang setelah 2 jam.
Bakteri Menyebabkan Keracunan Air Susu
Puluhan siswa SD Tagog Apu 1 dan SD Tagog Apu 2 di Jln. Raya Purwakarta Kec. Padalarang, Kab. Bandung, keracunan. Gejala keracunan terdeteksi setelah jam istirahat berakhir (”PR”, 3/3). Saat jam istirahat siswa membeli minuman susu yang dikemas dalam plastik bekas makanan ringan dari pedagang di depan sekolah.
Peristiwa keracunan susu yang dialami anak-anak SD tersebut patut disesalkan. Susu sebenarnya tidak memiliki efek racun dan tidak akan menyebabkan keracunan bagi makhluk hidup yang mengonsumsinya. Susu merupakan bahan pangan sempurna yang mengandung berbagai zat gizi bagi tubuh manusia. Susu dibentuk oleh berbagai komponen spesifik yang tidak akan ditemukan pada bahan pangan lain.
Secara fisiologis, susu merupakan sekresi kelenjar ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dijelaskan, susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu sterilisasi. Susu segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau bahan lain.
Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh susu tidak disebabkan oleh komponen biokimia yang terkandung di dalamnya. Manusia dapat mengalami gejala keracunan karena susu tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri. Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang.
Proses Pencemaran
Terjadinya kontaminasi bakteri dapat dimulai ketika susu diperah dari puting sapi. Lubang puting susu memiliki diameter kecil yang memungkinkan bakteri tumbuh di sekitarnya. Bakteri ini ikut terbawa dengan susu ketika diperah. Meskipun demikian, aplikasi teknologi dapat mengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini dengan penggunaan mesin pemerah susu (milking machine), sehingga susu yang keluar dari puting tidak mengalami kontak dengan udara.Prof. Douglas Goff, seorang dairy scientist dari University of Guelph menyatakan, pencemaran susu oleh mikroorganisme lebih lanjut dapat terjadi selama pemerahan (milking), penanganan (handling), penyimpanan (storage), dan aktivitas pra-pengolahan (pre-processing) lainnya. Mata rantai produksi susu memerlukan proses yang steril dari hulu hingga hilir, sehingga bakteri tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam susu.
Peralatan pemerahan yang tidak steril dan tempat penyimpanan yang tidak bersih dapat menyebabkan tercemarnya susu oleh bakteri. Susu memerlukan penyimpanan dalam temperatur rendah agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Udara yang terdapat dalam lingkungan di sekitar tempat pengolahan merupakan media yang dapat membawa bakteri untuk mencemari susu. Proses pengolahan susu sangat dianjurkan untuk dilakukan di dalam ruangan tertutup.
Manusia yang berada dalam proses pemerahan dan pengolahan susu dapat menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya harus steril ketika memerah dan mengolah susu. Bahkan, hembusan napas manusia ketika proses pemerahan dan pengolahan susu dapat menjadi sumber timbulnya bakteri. Sapi perah dan peternak yang berada dalam sebuah peternakan (farm) harus dalam kondisi sehat dan bersih agar tidak mencemari susu.
Bakteri Pencemar
Makhluk hidup telah diklasifikasikan berdasarkan persamaan-persamaan yang dimilikinya. Carolus Linnaeus merupakan ilmuwan yang pertama kali melakukan klasifikasi makhluk hidup pada awal abad ke-18. Monera dan protista merupakan organisme yang paling tua. Organisme yang termasuk monera adalah bakteri dan ganggang biru. Bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil, sehingga dapat pula digolongkan sebagai mikroorganisme.
Bakteri yang dapat mencemari susu terbagi menjadi dua golongan, yaitu bakteri patogen (pathogenic bacteria) dan bakteri pembusuk (spoilage bacteria). Kedua macam bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit yang ditimbulkan oleh susu (milkborne diseases) seperti tuberkulosis, bruselosis, dan demam tipoid (typhoid fever). Pembusukan susu oleh bakteri dapat menyebabkan degradasi protein, karbohidrat, dan lemak yang terkandung dalam susu.
Menurut Buckle (1987), dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pangan dijelaskan, dari semua penyakit yang ditularkan melalui susu, tuberkulosis adalah yang paling menonjol. Mycobacterium bovis adalah penyebab penyakit pada sapi dan dapat dipindahkan ke dalam susu, terutama bila ambingnya terkena infeksi. Bruselosis yang disebabkan karena infeksi pada sapi disebabkan oleh Brucella abortus, organisme yang menyebabkan terjadinya keguguran kandungan. Penyakit ini bersifat menular dan gejala-gejala infeksi pada manusia adalah demam yang berselang-seling, banyak keringat, sakit kepala, dan sakit seluruh badan.
Kualitas susu akan menurun jika terdapat bakteri pembusuk di dalamnya. Pembusukan (spoilage) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan kualitas dari warna, tekstur, aroma, dan rasa makanan hingga pada titik di mana makanan tersebut tidak cocok dan tidak menimbulkan selera manusia.
Bakteri yang terlibat dalam proses pembusukan pada susu adalah bakteri-bakteri psikotropik. Bakteri yang dapat membuat enzim proteolitik dan lipolitik ekstraseluler (Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fluorescens) juga dapat menyebabkan kebusukan pada susu. Bakteri psikotropik dapat dimusnahkan dengan pemanasan pada proses pasteurisasi, namun Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fuorescens tetap stabil pada suhu panas. Bakteri lain yang dapat hidup setelah proses pasteurisasi adalah Clostridium, Bacillus, Cornebacterium, Arthrobacter, Lactobacillus, Microbacterium, dan Micrococcus. Bacillus mampu menggumpalkan susu dengan mencerna lapisan tipis fosfolipid di sekitar butir-butir lemak melalui enzim yang dihasilkannya.
Mata rantai produksi susu di Indonesia sudah saatnya untuk mampu dalam meminimalisasi proses kontaminasi dari berbagai macam mikrorganisme berbahaya. Susu yang akan dikonsumsi oleh manusia harus dalam kondisi aman dan sehat. Proses produksi susu di tingkat peternakan memerlukan penerapan good farming practice seperti yang telah diterapkan di negara-negara maju.
Teknologi dalam pengolahan telah memungkinkan susu untuk disimpan lebih lama dan dapat mengurangi tingkat kontaminasi bakteri. Pasteurisasi mampu untuk membunuh sejumlah bakteri patogen melalui suhu tinggi. Pembuatan susu kental dapat memperpanjang daya simpan susu dalam temperatur ruangan. Selain itu, teknik homogenisasi dan sentrifugasi susu dapat memperbaiki kualitas susu untuk konsumsi manusia. Kualitas masyarakat dalam sebuah bangsa sangat ditentukan oleh bahan pangan yang dikonsumsinya.
Hanya Susu Lokal Yang Dinyatakan Mengandung Bakteri Enterobacter Sakazakii
Hanya susu lokal yang dinyatakan mengandung Bakteri Enterobacter sakazakii, berati masih ada alternatif lain yaitu dengan menggunakan susu produk impor walau harganya sedikit mahal namun demi buah hati itu bukan satu halangan. tapi sangat janggal sekali kenapa penelitiannya hanya kepada produk local saja apakah susu produk impor dinyatakan bebas dari Bakteri Enterobacter sakazakii? semoga ya. ada beberapa hal yang harus kita tanyakan dan selidiki yaitu:
Sangat beragam pertanyaan yang muncul dalam benak kita masing-masing, ada yang melihat dari segi persaingan ekonomi, ada yang berpendapat dari segi politik. tentu semua ini mempuyai dampak baik ekonomi maupun politik. tapi dampak yang paling besar adalah terhadap anak anak yang ternyata selama ini telah menggunakan susu berbakteri Enterobacter sakazakii, dan ini membut para ibu menjadi berang marah dan sangat kecewa karena buah hati yang paling mereka cintai telah di racuni. sungguh menyedihkan jikalau dalam hal ini masing masing pihak( IPB, POM, DPKES ) saling menuding dan mencari pembenaran diri bukanya segera bertindak, saya secara pribadi sebelum kasusus ini juga sangat menyesalkan cara kerja POM.
Hindari Bakteri Sakazakii pada Air Susu






Kalangan masyarakat resah atas temuan hasil penelitian awal oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai adanya dugaan sebagian susu formula tercemar oleh bakteri enterobacter sakazakii. Sebab, konsumsi susu formula bagi bayi dan anak di bawah usia lima tahun (balita) untuk mengoptimalkan tumbuh kembang relatif tinggi .
"Masyarakat harus berhati-hati dalam membeli produk susu formula dan makanan bayi. Produk pangan yang tercemar enterobacter sakazakii membahayakan kesehatan bayi," kata Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Sri Irawati Susalit, Kamis (28/2), di Kantor Badan POM, Jalan Percetakan Negara, Jakarta.
Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif yang tahan panas dan tidak membentuk spora. Secara klinis, cemaran enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi dan dapat berakibat fatal pada kesehatan bayi dan anak balita.
Pada tahun 2005, World Health Assembly (WHA) menginformasikan pada negara-negara anggota mengenai ada kemungkinan cemaran mikroba enterobact er sakazakii pada susu formula. WHA lalu mengeluarkan resolusi agar Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta Badan Pangan dan Agrikultur (FAO) menyiapkan pedoman, pesan dan pelabelan produk tentang penyiapan penyimpanan dan penanganan susu formula.
Belakangan ini ramai diberitakan hasil riset dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut PertanianBogor (IPB) yang dimuat dalam situs IPB bahwa 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. Sampel makanan dan susu formula yang di teliti berasal dari produk lokal. Sejumlah staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang bergabung dalam penelitian ini antara lain Dr Sri Estuningsih, Drh.Hernomoadi Huminto MVS, Dr. I.Wayan T. Wibawan, Dr. Rochman Naim.
Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia ada susu formula dan makanan bayi terkontaminasi E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dan menyebabkan enteritis, sepsis dan meningitis pada bayi mencit. hasil pengamatan histopatologis yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung hasil penelitian itu. Sangat penting dipahami susu formula bayi bukan produk steril, sehingga penggunaan serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi produk itu .
Terkait hasil kajian ilmiah itu, Irawati menyatakan Badan POM melakukan pengawasan susu formula secara rutin setiap tahun di semua laboratorium Balai Besar POM di berbagai daerah. "Kami mengawasi susu formula melalui evaluasi premarket sebelum izin edar dan kontrol setelah produk beredar, ujarnya." Pemeriksaan cemaran mikroba merupakan bagian dari pemeriksaan rutin lembaga itu terhadap produk pangan, termasuk susu formula.
Teknik Agar Susu Tidak Tercemar Bakteri
Akhir-akhir ini media massa banyak memberitakan hasil penelitian tim IPB yang berkesimpulan bahwa sekitar 23 persen susu formula mengandung bakteri enterobacter sakazakii. Enterobacter Sakazii adalah bakteri yang terdapat secara luas dan baru dikenal sebagai spesies unik pada tahun 1980. Dia bisa hadir di mana saja, baik di rumah, rumah sakit, tempat bermain maupun pabrik pembuat makanan bayi. E. Sakazii dalam jumlah kecil di susu dan makanan bayi–baik karena bawaan dari pabrik maupun kontaminasi selama penyiapan–biasanya tidak membahayakan.






Risiko infeksi tertinggi bakteri tersebut ada pada ruang perawatan intensif bayi baru lahir (neonatal intensive care), karena tubuh bayi baru lahir memang masih sangat rentan oleh berbagai infeksi. E. Sakazii berpotensi menyebabkan wabah enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsismeningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak) dan necrotizing enterocolitis (radang saluran perut) bila neonatal intesive care itu tidak tersterilisasi dengan baik.
Risiko tinggi lainnya terjadi pada susu formula yang dibiarkan terlalu lama di suhu ruangan yang hangat. E. Sakazii berkembang biak pada suhu 37-44 derajat celcius. Berbeda dengan air susu ibu yang mengandung zat antibakteri, susu formula tidak bersifat bakteriostatis (menahan perkembangan dan reproduksi bakteri) sehingga mudah menjadi tempat perkembangbiakan bakteri.
Hasil penelitian tersebut harus membuat kita waspada. Selain lebih selektif memilih produk susu bagi anak kita, kehati-hatian juga diperlukan dalam penyiapan dan pemberiannya. Untuk mengurangi risiko kontaminasi susu formula, lakukanlah beberapa tips berikut:
 Gunakan air masak dari sumber yang baik. Bila menggunakan air minum dalam kemasan, sebaiknya direbus lagi supaya lebih aman. Hindari pemakaian air sumur yang belum teruji kandungan unsur kimiawi maupun jasad reniknya.
 Sterilkan botol susu sebelum dipakai. Rebus botol dan dotnya dalam air mendidih selama beberapa menit untuk mematikan bakteri dan kuman lainnya.
 Sebelum menyiapkan susu, cuci tangan Anda dengan sabun dan air hangat, lalu lap sampai kering dengan handuk/tisu bersih. Tangan Anda dapat menjadi sumber kontaminasi. (Ibu-ibu seringkali tanpa sadar setelah mengganti popok lalu menyiapkan susu formula tanpa mencuci tangan dengan baik!).
 Periksa kondisi kaleng susu. Bila tidak terjadi “letupan kecil” saat kaleng susu dibuka, mungkin ada kebocoran. Jangan berikan kepada bayi susu formula yang kemasannya telah rusak.
 Siapkan susu formula secukupnya. Susu yang sudah disiapkan harus segera diberikan kepada bayi. Jangan membiarkan susu formula dalam suhu ruangan terlalu lama. Susu formula yang berada di ruang terbuka lebih dari dua jam harus dibuang. Bila disimpan dalam kulkas, selalu cek kembali kondisinya sebelum diberikan kepada bayi dan harus dibuang setelah melewati 24 jam. Beberapa jenis bakteri dapat hidup dan berkembang biak dalam suhu rendah.
 Jangan menyimpan sisa susu yang sudah diberikan kepada bayi. Buang sisa susu yang tidak habis diminum bayi. Susu tersebut mungkin telah terkena bakteri dari liur dan mulut bayi.
 Bila dalam perjalanan, jangan menyimpan botol steril Anda di tempat yang sama dengan popok atau baju kotor. Simpan botol di tempat tersendiri yang terisolasi dengan aman.

















DAFTAR PUSTAKA
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com
http://satyasembiring.wordpress.com/2008/03/03/peryataan-jubir-ipb-terkait-masalah-susu-formula-yang-tercemar-bakteri-enterobacter-sakazakii/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar